Selasa, 19 Juli 2011

Selamat Datang Alat Tukar Emas Global (2)

Bagian 2 : Gold is ‘tradition’, it’s not just money

(sebelumnya, bagian 1 : In Gold We Trust, In Dollar we Fall)

“Bukan, emas itu aset”
Ben Bernanke terlihat antara pucat tanda bingung atau berbohong ketika ia ditanya Ron Paul, seorang anggota kongres Amerika tentang “Apakah emas itu uang”.
Paul menanyakan lagi jika itu (emas) bukan (uang) dan sesuatu yang berharga, mengapa Anda (The Fed) menyimpannya. Mengapa Anda tak menyimpan berlian saja? Ben agak bingung, lalu menjawab “It’s just tradition” (itu tradisi semata).

The Fed, regulator keuangan dan bank sentral Amerika, badan yang dikepalai Ben Bernanke, yang terhubung serta berkait dengan seluruh bank sentral di negara-negara di dunia, pada 2010 tercatat menyimpan lebih dari 8.000 ton emas sebagai cadangan devisa. Jumlah itu melebihi cadangan IMF yang kira-kira separuhnya.

Dialog diatas ada di sebuah video berdurasi sekitar 5 menit dan baru saja posted di Youtube yang bisa Anda lihat dengan kata kunci pencarian “Is Gold Money” atau “Ron Paul vs Ben Bernanke”. Sebuah video yang direkam dari ruang audisi House of Financial Service Committee, di sepenggal kalimat yang diucapkan oleh Ron Paul, ia sebut pula bahwa “money that create out of thin air”. Ungkapan yang kita kenal selama ini sebagai “uang dari awang-awang” . Atau uang fiat/ fiat money yang bermakna “uang suka-suka”. Uang yang seharusnya mempunyai fungsi yang adil sebagai acuan harga benda-benda, saat ini diciptakan dari sesuatu yang tak berharga, yaitu uang kertas dengan motif tertentu dan banyak agenda.


Ketika mensosialisasi Dinar dan emas pada umumnya sebagai aksi penyelamatan kesejahteraan dan aset masyarakat, saya dan mungkin rekan-rekan lain sering menerima tuduhan bahwa upaya ini adalah Arabisasi moneter dan ekonomi. Posisi yang ditempatkan seolah perlawanan terhadap gagasan barat. Ini peristiwa lapangan baik di Twitter (pernah terjadi dialog dan adu argumentasi di Twitter tentang ini) bahkan juga pernah saya alami ketika berdialog live di radio. Tuduhan yang dangkal, pertama karena negeri-negeri di Arab tak mengimplementasikannya (sehingga tak bisa jadi kiblat dan acuan) untuk saat ini. Kedua adalah karena bukti empirik (penentang gagasan Back to Gold biasanya adalah pendukung gagasan-gagasan barat, mungkin juga pernah tinggal dan bersekolah disana) implementasi emas sebagai sandaran dan pengikat harga serta alat tukar adalah justru literatur-literatur barat, dan bukan timur tengah (baca : Arab). Jadi yang mereka kira sebagai  anti-barat sesungguhnya sejalan gagasan dengan apa yang diimplementasikan oleh barat sendiri.

Simpanan terbesar emas dunia saat ini berada di gudang dalam negeri  Amerika dan sekitar 7 negara Eropa yang notabene adalah lambang liberalisasi ekonomi yang anti emas. Ketika negara-negara tersebut menjadikan emas sebagai cadangan devisa hakiki, diluar mata uang populer lain selai US$, GBP, Euro dan JPY, apakah kita sedang menuduh mereka kuno, tradisional? Negara-negara besar itu juga mempermudah warganya untuk mengoleksi emas dengan mengurangi bea masuk dan menurunkan pajak sehingga simpanan individual rakyatnya meningkat pesat, apakah ini juga disebut langkah mundur ke belakang? Jika masyarakat Indonesia, yang saat ini sedang demam emas karena karena munculnya sebuah kesadaran kolektif tentang hancurnya mata uang yang kita punya menjadi tak berharga dan emas adalah penggantinya, juga ‘kesadaran belakangan’ bank sentral kita untuk mengkonversi cadangan USD dan Euro ke dalam emas – disebut juga tradisional, maka silakan saja. Bermakna kita sama ‘mundur’ dan puritan dengan negara barat, biarkan saja. Kita terima.

Sesuatu yang boleh ‘dituduhkan’ juga ke negeri-negeri dengan percepatan ekonomi luar biasa seperti Cina dan India. Juga Turki yang kian makmur dan sejahtera (cadangan emas individual warga Turki, jika disatukan, hampir sama dengan separuh cadangan individual seluruh masyarakat Eropa dijadikan satu). Demikian juga terhadap Vietnam, negeri cabe rawit yang tak mau ketinggalan menyimpan emas besar-besaran. Simpanan individual masyarakat Indonesia hanya setengah dari simpanan masyarakat Vietnam yang mencapai 87 ton pada 2010.
Jika mata kita rela terbuka, sejarah penggunaan emas dan perak di Amerika dan Inggris sebagai alat tukar itu sejarah yang dekat sekali.  Bernanke benar ketika mengatakan bahwa menyimpan emas itu adalah sebuah tradisi, meski jawabannya tampak hanya untuk menghindari pengakuan bahwa ‘emas adalah uang’. Sehingga sesungguhnya jawaban bahwa emas adalah uang adalah sama benarnya dengan (menyimpan) emas sebagai sebuah tradisi (dari jaman kuno).
Di buku klasik Principles of Political Economy karya JS Mill yang terbit tahun 1848, dijelaskan bahwa upaya stabilisasi harga komoditas bisa dilakukan dengan memainkan cadangan emas di muka bumi. Ia menyebut “essentially if the relative value of gold to other commodities was rising, there was an incentive to mine more gold”. Karena indeks nilai komoditas, seluasnya (gandum, coklat, kapas, besi, gula, balsem, jahe, kambing, daging sapi) selalu seiring dengan emas. Jadi jika harga-harga naik, tambanglah lebih banyak emas agar harga kembali stabil, kata Mill. Dan nyata sejak 1.432 tahun lalu dimana 4.25 gram emas adalah setara dengan kambing terbaik. Empirik, dua fakta diatas saling menguatkan.

Belum fakta lainnya seperti :
- nilai emas stabil, daya belinya nyaris tak berubah terhadap komoditas lain mulai abad 17 hingga kini. Pada abad 17, koin emas berjuluk byzant masuk dalam jumlah besar ke Inggris ketika kontak dagang Inggris – Turki (Utsmani) terjadi (lihat The Golden Constant, The English and American Experience 1560-2007)
- harga minyak yang stabil jika diukur dengan emas dan makin tinggi diukur dengan US$, EURO dan GBP mulai tahun 1950 hingga kini. Semenjak emas ‘dibebaskan’ dari mata uang kertas pada tahun 1971, lonjakan harga minyak terjadi secara bervariasi hingga kini. Tapi tidak dalam emas. Captured grafik untuk fakta ini bisa dilihat di bawah.


Tulisan bagian pertama menjelaskan bahwa waktu-demi-waktu, pencetakan uang yang sesukanya akan menghancurkan nilai uang itu sendiri, telah membuatnya tak dipercaya. Ketika tak dipercaya, permintaan terhadapnya akan turun. Ketika permintaan turun, maka ia tak perlu dicetak, karena toh tak diperlukan lagi sebagai penyimpan asset dan alat tukar. Masyarakat akan mecari pengganti. Dalam skenario ini,emas menjadi penggantinya. Kapan? Ketika nilai US$ begitu rendah sehingga perlu US$8.000 untuk membeli satu troy ounce emas, James Turk memperkirakan pada 2013-2015.

Di akhir tulisan ini, kita ingin menegaskan kembali makna hakiki emas bagi umat manusia, yang disebut oleh Pierre Lasonde (Chairman World Gold Council 2005-2008) sebagai ‘intimate relationship to humans‘ sebab emas memenuhi kebutuhan untuk 2 hal : need for adornment (keindahan) and need for security (rasa aman).

And we, humans, have never been able to invent or creating anything that come close (to gold), tutupnya di prakata buku Golden Constant.

Wallahua’lam

source: www.endyjkurniawan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar